Awalnya,
orang-orang mengira bahwa mimpiku itu sia-sia saja. Pada akhirnya, semua itu
hanya omong kosong belaka ketika berusaha dengan satu kata. Perubahan. Satu
kata semerdu ini mampu membuat mereka bosan membicarakan tentang kegagalanku. Gagal
lolos beasiswa Staunton High School di Amerika selama dua kali adalah lebih
baik dibanding dengan cerita mereka yang tak pernah mencoba untuk lolos. Sebut
saja aku, Yunita Ramadhayanti. Pengalaman bukan saja yang telah terjadi pada
diriku. Melainkan apa yang akan aku lakukan dengan kejadian yang aku alami
sebelumnya. Itu semua cukup mampu membuatku mengetahui tentang hidup.
* * *
Sepanjang angin akan berhembus, selalu
ada kisah tentang sebuah mimpi dan usaha.
“Sabarlah, tunggu sampai ada program
beasiswa ke Amerika yang kedua. Ibu yakin kamu pasti bisa, Nita. Kau tahu
putriku? Ibu tak pernah kecewa padamu.” Itulah yang ibu katakan kepadaku dua tahun
lalu. Entah bagaimana aku harus merasa kecewa pada diriku sendiri sedang ibu
saja tak. Aku masih ingat betul wajah ibuku saat itu. Tak tega aku
mengecewakannya untuk kedua kalinya dan membiarkannya mengatakan hal yang sama
untuk kedua kalinya pula.
“Tak apa putriku. Bermimpilah
dan berusahalah. Tunggu saja sampai program beasiswa yang ketiga.” Perkataannya
untuk satu tahun kemudian. Perkataan itu tak tertanggungkan merobohkan benteng
terakhir semangatku. Sungguh, kerja keras, kecewa, dan cemoohan orang membuat
rasa ingin menyerah sudah tak tertakar lagi. Namun sampai kapanpun aku tak sudi
takluk untuk itu. Takkan aku banting pintu yang sama, siapa tahu aku harus
kembali lagi. Walau itu untuk ketiga kalinya.
Berusaha untuk
kritis dalam hidup serta berani mengeveluasi diri. Yap, berpikir tentang apa
yang kurang? Kenapa bisa seperti itu? Bagaimana mengatasinya? Lalu apa yang
akan aku lakukan selanjutnya? Serta pertanyaan dan jawaban terakhir. Kapan aku
melakukannya? Sekarang. Tak tanggung-tanggung aku mengambil formulir
pendaftaran beasiswa Staunton High School untuk ketiga kalinya di ruang
guru atas.
“Yunita
Ramadhayanti, apa kamu yakin mendaftar ini? Kamu tahu, kamu sudah kelas tiga.
Kelas tiga itu yang mendaftar hanya minoritas. Mayoritas kelas satu. Seharusnya
kamu fokus ujian nasional, pendaftaran PTN, lolos SBMPTN dan ...”
“SNMPTN ! Maaf Pak,
saya yakin saya bisa. Sementara itu kan minoritas, Pak. Artinya ada kelas tiga
lain yang ingin berusaha selain saya.”
“Kamu jangan
berusaha tegas dengan saya.” kata Pak Muji, guru Bahasa Indonesia, seperti tak
yakin. Seolah-olah meremehkanku dengan mudahnya.
“Maaf Pak, Saya
bukan tegas hanya menegaskan. Terimakasih.” kataku seperti ingin memangkas
habis perkataannya yang terkesan meremehkan. Dan pergi begitu saja meninggalkan
kata-kataku yang belum terjawab oleh Pak Muji. Mungkin masih meninggalkan rasa
kesal pada diriku. Bahkan sampai hari ini.
“Bahwa
dalam Seleksi Tahap YP/YES/JENESYS Th. 2011-2012 yang diselenggarakan pada
tanggal
20 September 2010, adik dinyatakan LULUS DI TINGKAT CHAPTER.” (Lolos Provinsi)
Aku menghela nafas panjang, sebagai
pertanda untuk bersedia berusaha mencapai hal yang sama walau untuk ketiga
kalinya. Lolos test di provinsi itu tak ada artinya untuk seorang yang sudah
berpengalaman. 13 Desember 2011, di Jakarta aku mengikuti test tingkat
nasional. Menentukan masa depan dan mengobati rasa kekecewaan ibu.
Ketidaktrimaanku pada kegagalan yang kedua mampu membuat semangat hidup yang
baru.
“Dan
siswa terakhir yang lolos beasiswa di Staunton High School sekaligus
yang mencapai nilai tertinggi adalah ….” kata ketua Bina Antarbudaya Chapter
Semarang ini meninggalkan rasa penasaran yang berdenting pada dinding setiap
sudut ruang dan memuncak tinggi pada setiap orang di aula kala itu.
“Yunita
Ramadhayanti Saragi ..” Itu namaku. Tak ada rasa tak percaya pada hasilnya. Aku
telah berusaha mati-matian untuk itu.
Aku
melangkahkan kakiku dengan mantap dan penuh rasa bangga.
“Ibu
aku lolos.” Ia
menarik napas, melegakan dada ringkihnya yang terasa kian menyempit. Suara tepuk
tangan menenggelamkan helaan napasnya.
* * *
Disinilah
aku sekarang. Hidup dengan keluarga asuh asal Bunker Hill, Illinois, U.S.A.
Bersama keluarga Nowell. Mimpiku telah tercapai. Walaupun perlu berkali-kali
gagal namun disaat itu adalah titik cerah kekuatan terdahsyat dalam hidupku.
Akan kukejar mimpi-mimpi yang lain. Bekerja keraslah selagi orang sedang tidur.
Barangkali, Tuhan sering mengunjungi rumah kita, tetapi kebanyakan kita sedang
tidak dirumah. Maksud dari semua itu adalah sederhana saja, kita perlu
berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar